Profil

Tema HPS KWI 2011:

KAMU HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN

 

Dalam siaran pers (14/2/2011) Bank Dunia mengatakan “Hampir satu miliar orang yang kelaparan di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut lebih dari 60 persennya adalah perempuan. Ketika menghadapi kenaikan harga bahan pangan yang terjadi pada saaat ini secara global, rumah tangga keluarga  miskin akan cenderung memakan makanan yang lebih murah dan lebih tidak bernutrisi atau mengurangi biaya kesehatan dan pendidikan mereka.”

Kita merenungkan bagaimana kondisi saudara-saudari kita yang sedang mengalami ancaman kelaparan. Kita merasakan bahwa kelaparan merupakan wujud yang nyata dari kemiskinan. Dan kemiskinan terjadi karena adanya ketidakadilan dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi global yang bercorak kapitalististik lebih memberikan keuntungan kepada  pemilik modal besar ( para kapitalis). Padahal nilai suatu perkembangan ekonomi terletak pada penghargaan atas martabat manusia daripada sekedar modal finansial. Pembangunan ekonomi seharusnya mengurus kemampuan masyarakat dalam membangun kehidupan, yakni memfasilitasi terciptanya bidang – bidang mata pencaharian yang memadai. Jika mata pencaharian masyarakat mampu menghidupi dirinya dan keluarganya maka kesejahteraan menjadi nyata (riil) dirasakan. Hal ini diajarkan oleh Paus Benediktus XVI dalam ensiklik Caritas in Veritate (CIV).

Pembangunan adalah perjuangan yang membebaskan manusia pertama-tama dari kelaparan, penyingkiran ekonomi, wabah penyakit dan buta huruf. Kelaparan bukan terutama soal kekurangan material pangan, tetapi ketiadaan sumberdaya dan kemiskinan. Apa yang tidak terjadi dewasa ini adalah jaringan institusi ekonomi yang mampu menjamin akses teratur pada makanan dan air bagi kebutuhan nutrisi, terutama di saat krisis pangan. Masalah kerawanan pangan perlu diatasi dengan pengembangan pertanian di negara miskin, pengembangan infrastuktur pedesaan, sistem irigasi, transportasi, organisasi pasar, teknologi pertanian yang inovatif dan tersedia pada tingkat lokal dengan keterlibatan komunitas lokal dalam memilih dan membuat keputusan terhadap budidaya tanaman (baca: kedaulatan pangan) dengan hormat pada lingkungan. (CIV.27) Pemahaman hormat pada lingkungan dengan maksud bahwa lingkungan hidup selama ini diekloitasi besar-besara (penebangan pohon, eksplorasi aneka tambang, penggunaan aneka produk pupuk yang tidak ramah lingkungan, dsb.).
Berbagi

Seruan Paus Benediktus XVI tersebut berkaitan dengan tema peringatan Hari Pangan Sedunia yang diprakarasi Gereja Katolik Indonesia tahun 2011:  “Kamu Harus Memberi Mereka Makan”, masih dalam kerangka tema besar HPS 2010-2012 : “Menyelamatkan Pangan Untuk Semua”. Tema tersebut mengajak kita semua untuk peduli kepada masalah pangan karena dalam beberapa tahun ke depan kebutuhan akan pangan akan semakin tidak mencukupi karena sumberdaya yang tidak dikelola secara arif.

Seperti halnya yang dikatakan Yesus: “Kamu harus memberi mereka makan”, mengisyaratkan kita untuk selalu hidup dalam kasih dan berbagi kasih kepada orang-orang yang berkekurangan. Dalam konteks pemberdayaan ajakan Yesus dimaksudkan agar umat semakin mengalami pertumbuhan kemampuan untuk membuka diri pada perubahan sosial yang terkait dengan persoalan pangan. Karena itu gerakan HPS Gereja Katolik merupakan gerakan moral umat kristiani dalam upaya pencapaian mutu hidup manusia. Ini merupakan tujuan utama keterlibatan Gereja dalam gerakan HPS.

Pengajaran Bapa Paus Benediktus XVI dalam CIV diatas jelas merupakan arahan teknis bagaimana Gereja harus bertindak dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan upaya bersama mengatasi kelaparan. Dasar dari arahan tersebut ajaran kasih: mengasihi sesama, komunitas dan lingkungan hidup berarti menginginkan perbaikan hidup dan kehidupan mereka serta mengambil langkah-langkah konkrit untuk perbaikannya. Kita menyadari memiliki banyak sumber pangan ( tema HPS 2010) yang selama ini hilang atau terlupakan karena kita tidak merawatnya sebagai sumber hidup. Telah lama kita kehilangan kekayaan kita sendiri karena kita lebih suka memilih konsumtif daripada produktif. Kita telah terseret dalam gaya hidup instan. Maka menumbuhkan keberdayaan diri menjadi kebutuhan mendesak sebagai upaya membangun produktivitas kita.

Yesus telah rela untuk menjadi “makanan abadi”, semua itu merupakan perwujudan solidaritas Allah untuk mengangkat harkat hidup manusia. Semangat kerelaan Yesus telah dan terus menerus diberikan kepada setiap umat kristiani bersama dengan komunitasnya dalam perjamuan Ekaristi. Pengulangan tindakan Yesus dalam memberikan makanan abadi tesebut menginginkan supaya para pengikutNya mempunyai kekuatan untuk memberi makan bagi mereka yang lapar. Tindakan ini nampaknya sulit untuk dijalankan, tetapi dengan kasih Allah, terang akal budi serta iman kepercayaan kepada Allah, maka akan bisa melaksanakannya. Mari kita wujudkan bersama rasa syukur dengan memelihara kehidupan dan membagikan diri kita bagi kesejahteraan bersama.

Selamat ber-HPS

********************************************************************************************************************

PESAN:  Revitalisasi HPS Konferensi Waligereja Indonesia

Pangan Sebagai Anugerah Tuhan


HARI Pangan Sedunia (HPS) adalah gerakan bersama mendunia untuk mengembangkan kesadaran pemerintah dan rakyat akan pangan yang cukup, sehat dan bermutu bagi semua orang. Kebersamaan HPS bertujuan untuk menggerakkan kesadaran bersama akan kebutuhan bersama yang mendasar dan mendesak akan pangan.
Gereja Katolik melibatkan diri dalam gerakan HPS bukan terutama karena persoalan teknis, tetapi utamanya persoalan etis.Gereja ingin melibatkan diri, agar wawasan pangan dunia mengutamakan hidup manusia yang bermutu.
Gereja Katolik melibatkan diri dengan tujuan menyadarkan umat Katolik akan tanggungjawab solidernya bagi pangan manusia. Gereja mendorong umat untuk membangun kebersamaan gerak dalam memastikan ketersediaan pangan yang bermutu bagi hidup manusia.
Gereja Katolik di Indonesia berkewajiban untuk menggerakkan umat sejak usia dini, agar memahami persoalan pangan dan membangun solidaritas, karena banyak orang yang tidak menikmati pangan yang cukup dan sehat bagi pertumbuhan hidupnya sebagai manusia yang bermartabat. Anak-anak sekolah, para pendidik, kaum perempuan, kaum tani, kaum pengusaha serta pemimpin umat hendaknya sadar akan tanggung-jawabnya dalam melibatkan diri demi pangan yang terbagi secara adil.
Gereja melalui Komisi PSE, cq. Panitia HPS KWI, menggerakkan pendekatan yang mengumat, guna melengkapi serta memperkaya kemampuannya dalam upaya bersama membangun pangan yang cukup, sehat, bermutu, merata dan berkelanjutan. Melalui aneka tindakan nyata, Gereja kita berupaya untuk membang-kitkan kerelaan umat bersama masyarakat menuju kerjasama dalam upaya pengadaan pangan.

Dalam upaya bersama ini Gereja kita mendorong umat yang berkarya dalam proses pengadaan pangan untuk meningkatkan kemampuan serta ketrampilan-nya. Gerakan HPS dalam Gereja kita berharap bahwa aneka kerjasama muncul dan berkembang, termasuk Dana HPS, guna melibatkan diri secara nyata dalam menjamin ketersediaan pangan yang cukup, sehat, bermutu dan terbagi secara merata. Dengan demikian hidup setiap orang tumbuh dan berkembang dalam melanjutkan karya ciptaan Tuhan di atas bumi, khusus-nya dalam menjamin masa depan umat manusia. Gereja kita berkerjasama, bergerak dan bangkit untuk menjadi pelaku yang baik dalam persoalan pangan manusia.
Gereja menyadari bahwa sikap tindakan bersaudara dalam hal pangan merupakan bagian dalam upaya hidupnya untuk mewartakan kabar gembira di dunia ini. Oleh karena itu, Uskup, para imam serta pemimpin umat setempat hendaknya memandang HPS sebagai anugerah Tuhan yang patut mendapat perhatian serta kepedulian dalam karya pastoralnya.

Diberikan di Jakarta, 3 Desember 2009.
Panitia HPS KWI

*******************************************************************************************************************

Tema Besar 2010 – 2012 :

Menyelamatkan Pangan Untuk Semua

POKOK GAGASAN SUBTEMA 2010 :

MEMBANGUN (KEMBALI) dan MEMELIHARA SUMBER PANGAN

KETIKA Gereja Katolik berbicara mengenai pangan, ada yang konkret untuk diungkapkan yakni keprihatinan pada upaya keberlanjutan akan ketersediaan pangan dan memelihara keutuhan ciptaanNya. Bahwa Allah menciptakan alam dan segala isinya adalah baik adanya. Manusia dengan akal dan budinya mampu membangun sumber pangan. Namun, kondisi saat ini dimana ada 1 dari 6 orang di dunia ini terancam kelaparan (Laporan World Food Summit 17 November 2009), Gereja Katolik mempelopori gerakan pangan dan aksi solidaritas yang lebih nyata.

Dalam sejarah peradaban manusia, manusia memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berburu dan mengumpulkan bahan pangan sesuai kebutuhannya di lingkungan alam kehidupannya. Keberhasilan bioteknologi dan produksi massa pangan berhasil membangun sumber pangan yang cukup. Namun pangan dikuasai oleh pemilik modal. Petani justru menjadi buruh yang miskin. Ketidakadilan ini yang dikritisi Gereja Katolik lewat ensiklik Rerum Novarum s/d Caritas in Veritate.

Bapa Suci Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2010) menegaskan pembaharuan faham tentang ‘option for the poor’ dengan menekankan kesediaan tiap orang Katolik untuk menyediakan miliknya bagi sesama yang ‘kurang berada’. Semua yang ada pada kita diberikan secara gratis maka kita harus memberikan secara bebas juga. Sebab semua datang karena cinta Allah. (lih. Kejadian …)

Kelaparan adalah kondisi riil dari kemiskinan yang merupakan dampak dari pembangunan yang tidak adil. Jika pembangunan ekonomi menyebabkan manusia kelaparan, berebut sumber pangan bahkan dengan saling membunuh itu bukan pembangunan ekonomi. Sebab di situ hidup dan martabat manusia tidak dihargai. Nilai suatu model perkembangan ekonomi terletak pada penghargaan atas martabat manusia yang dihargai lebih daripada modal dan alat produksi. Suatu masyarakat yang memandang rendah hidup dan martabat manusia dalam tahap apa pun akan melecehkan manusia pada lapisan apa pun; ia akan meremehkan segala yang hidup. Itulah sebabnya mengapa Bapa Suci melihat juga kaitan erat antara sikap dasar ini dengan ekologi, yakni hormat terhadap segala yang hidup, bahkan pada seluruh alam semesta, karena seluruh kerusakan tata nilai dan pengabaian di atas telah mengakibatkan kerusakan alam ini.

Yesus dan Ekologi Pangan

Cara hidup Yesus bersama para muridNya sangat menghargai kemandirian dan ketersediaan pangan. Misalnya berjalan-jalan di ladang gandum, menggembalakan domba, memetik anggur, berjalan di pantai, menebarkan jala di laut. Kemandirian yang dimaksud Yesus: “Apa yang ada padamu”; “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu” adalah bukan untuk dinikmati diri sendiri tetapi untuk kebersamaan (bonum communae).

Puncak kehidupan Yesus dalam perjamuan terakhir merupakan perjamuan persaudaraan dimana Yesus memberikan diriNya menjadi santapan para muridNya dan untuk dikenangkan selama-lamanya. Kerelaan Yesus untuk menjadi pangan abadi merupakan perwujudan penebusan Allah bagi kehidupan manusia. Penebusan ini membawa pemulihan martabat manusia sebagai citra Allah.

Menyadari bahwa keselamatan Allah diawali dengan pangan, dan ditandaskan bahwa ketersediaan pangan abadi adalah Yesus Kristus, maka sikap dan tindakan kita terhadap pangan adalah memuliakan (lebih dari sekedar memelihara) sumber pangan. Upaya membangun dan memelihara sumber pangan perlu dinyatakan dalam gerakan bersama, karena Allah sudah memberikan kepada manusia segala hal yang baik untuk kehidupan.

Membangun (kembali) dan memelihara sumber pangan merupakan panggilan dalam menjaga kehidupan manusia dan keutuhan alam ciptaanNya. Ketika kita membangun sumber pangan kita diajak bersama untuk merekonstruksi cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak kita. Habitus baru kita tersebut berhadapan dengan arus besar situasi saat ini, dan Gereja tidak punya pilihan lain selain melibatkan diri untuk menjadi “pangan” seperti Yesus.

Bergeraklah !!!

Secara sadar bahwa dalam membangun kembali dan memelihara sumber pangan bukan semata kita diajak berbicara secara teknis, namun lebih dari itu, yakni secara spiritualitas-moralitas yang membangun kesadaran bersama pentingnya memelihara keutuhan ciptaanNya.

Gerakan pangan kita tidak berfokus pada gerakan teknis mengenai pangan namun gerakan kehidupan dengan pangan sebagai investasi yang menghidupi dan menjadikan organik sebagai gaya hidup. Dengan demikian segala upaya manusia membangun kehidupan pangan haruslah bermuara pada terwujudnya kesejahteraan bersama (bonum communae)

Umat yang tergerak karena kasih perlu mengorganisasikan diri untuk memberikan pelayanan yang utuh (Ensiklik Deus Caritas Est). Kerelaan kehadiran (partisipasi) dengan kapasitas pengalaman masing-masing, merupakan SDM yang memperkaya dan memperkuat dalam gerakan HPS yang bernafaskan ekologis.

Mari bergandeng tangan dan bergeraklah …

Selamat ber-HPS. Tuhan Memberkati.

********************************************************************************************************

PERINGATAN HARI PANGAN SEDUNIA 2009 KEVIKEPAN SURAKARTA

*******************************************************************************************************

Tema HARI PANGAN SEDUNIA 2009:
“HAK ATAS PANGAN : Mewujudkan Kedaulatan Pangan”

Pelaksanaan Peringatan Hari Pangan Sedunia 2009
Hari: Kamis, 15 Oktober 2009 s/d Jumat , 16 Oktober 2009

Tempat Penyelenggaraan :
Gereja Katolik Santa Perawan Maria di Fatima Sragen
Jl. Patimura 2 Sragen 57211

poetrblog

Berfirmanlah Allah : ”Lihatlah, Aku akan memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah yang akan menjadi makananmu.” (Kejadian 1 : 29)

Latar Belakang

Pada awal mula kisah penciptaan alam semesta, Tuhan sudah menyediakan seluruh alam serta isinya sebagai sumber makanan manusia, hal ini terjadi karena besarnya cinta kasih Tuhan pada manusia. Manusia juga diberi hak istimewa untuk menguasai seluruh ciptaan, segala binatang yang hidup di darat, burung-burung di udara, ikan-ikan di laut, dan binatang melata, sudah selayaknya manusia memiliki tanggung jawab dan rasa syukur dengan serta merta menjaga kelestarian alam sebagai sumber pangan baginya.

Fakta kehidupan manusia sampai akhir abad ke-20 bukan alam yang lestari tetapi berbagai isu tentang kerusakan lingkungan, bencana alam, bahkan kelaparan, krisis pangan dan energi. Hal tersebut membuat Gereja disadarkan akan pentingnya memelihara kelestarian alam, bahkan sejak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mencetuskan Hari Pangan Sedunia pada tanggal 16 Oktober 1981, Gereja secara rutin menyelenggarakan Peringatan Hari Pangan Sedunia setiap tahun dengan berbagai ragam kegiatan. Sebagai bentuk keterlibatan, Keuskupan Agung Semarang menempatkan salah satu point yang berbunyi ”Memelihara Keutuhan Ciptaan” sebagai salah satu butir Arah Dasar tahun 2006 – 2010. Bahkan, Rm. Gregorius Utomo, Pr yang saat ini berkarya di paroki Ganjuran – Yogyakarta, mewakili Indonesia sebagai Sekretaris Food and Agriculture Organization (FAO).

Di Kevikepan Surakarta secara bergilir menyelenggarakan peringatan Hari Pangan Sedunia dan pada tahun 2009 ini, Paroki Sragen berkesempatan menjadi penyelenggara peringatan Hari Pangan Sedunia XXIX sekaligus merayakan Hari Ulang Tahun Paroki Sragen yang ke-52. Rencana program yang telah disusun dalam kegiatan tersebut. Berikut kegiatan-kegiatan yang diadakan menyambut HARI PANGAN SEDUNIA XXIX KEVIKEPAN SURAKARTA yang diadakan di Gereja Katolik Santa Perawan Maria di Fatima Sragen

  1. Juli 3, 2010 pukul 8:49 pm

    Fakta kehidupan manusia sampai akhir abad ke-20 bukan alam yang lestari tetapi berbagai isu tentang kerusakan lingkungan, bencana alam, bahkan kelaparan, krisis pangan dan energi. Hal tersebut membuat Gereja disadarkan akan pentingnya memelihara kelestarian alam, bahkan sejak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mencetuskan Hari Pangan Sedunia pada tanggal 16 Oktober 1981, Gereja secara rutin menyelenggarakan Peringatan Hari Pangan Sedunia setiap tahun dengan berbagai ragam kegiatan. Sebagai bentuk keterlibatan, Keuskupan Agung Semarang menempatkan salah satu point yang berbunyi ”Memelihara Keutuhan Ciptaan” sebagai salah satu butir Arah Dasar tahun 2006 – 2010. Bahkan, Rm. Gregorius Utomo, Pr yang saat ini berkarya di paroki Ganjuran – Yogyakarta, mewakili Indonesia sebagai Sekretaris Food and Agriculture Organization (FAO).
    +1

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar